Rabu, 18 November 2020 – Sosialisasi Pendampingan IMplementasi Juknis Pengelolaan Sampah Plastik Destinasi Wisata Bahari ini merupakan salah satu program dan kebijakan kemenparekraf sebagai salah satu program pemulihan(Program CHSE). Kemenparekraf bersama kemenko Marves, KLHK, Kemendagri dan pelaku pariwisata telah menyusun juknis pengelolaan sampah.

Petunjuk teknis ini bertujuan untuk pengelola destinasi wisata bahari yang memiliki panduan implementatif dalam mengelola destinasi yang memperhatikan penanganan sampah plastik, sekaligus untuk ;
1. Meningkatkan komitmen Pemerintah Daerah dalam pengelolaan sampah plastik di destinasi wisata bahari
2. memberikan arahan dalam penyusunan SOP pengelolaan sampah plastik
3. Meningkat pemahaman dan kesadaran akan pengelolaan sampah plastik dan perilaku hidup bersih dan sehat(PHBS) bagi masyarakat
4. menyediakan prasarana dan sarana pengelolaan sampah plastik yang berkualitas, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan kualitas sumber daya air dan lingungan di sekitar destinasi wisata bahari
5.mengurangi beban pengelohan sampah di tempat pembuangan akhir(TPA)sekitar dengan mengurangi timbulan sampah di destinasi wisata bahari.
6. meningkatkan kapasitas kelembagaan masyarakat di destinasi wisata bahari.

KLHK menyampaiakan terkait tata kelola persampahan di Mandalika, berdasarkan data nasional sumber sampah utama di destinasi berdasar dari sampah rumah tangga sebesar 62% terutama sampah organik, sampah dapur, plastik, daun dan ranting.

Berdasarkan studi yang telah kami lakukan di tahun 2020 ini dikota mataram komposisi sampah organik dirumah tangga lebih dari 70%. Pemerintah Provinsi NTB melalui program zero waste sebagai program unggulan yang masuk dalam visi NTB Gemilang melalui misi NTB Asri dan Lestari. target RPJMD kami terkait pengelolaan sampah ditahun 2023 sebesar 70% pengangan 30% pengurangan.

Desa Sengkol menjadi pilot project program pengelolaan sampah dengan metode Black Soldier Flies (BSF) dan Pembangunan fasilitas BSF secara Eco Friendly menggunakan bambu dari Lombok.Pengelolaan sampah dengan metode BSF diharapkan tidak hanya di Desa Sengkol saja, tetapi bisa juga diterapkan dibeberapa daerah wisata. “Sampah Organik yang muncul dari pasar, hotel dan rumah makan harus ditangani.

pemerintah harus segera menyiapkan SDM terkait tata kelola sampah di destinasi wisata bahari yang ada di NTB.