Salah satu kampus pariwisata bergengsi di NTB, Politeknik Pariwisata Lombok memperlihatkan kesungguhan komitmennya dalam membantu pengembangan desa wisata. Komitmen ini terwujud dalam Focus Group Discussion (FGD) yang bertempat di ruang amphitheater Poltekpar Lombok pada Jumat (10/9) siang. Turut hadir sebagai narasumber, Kadispar NTB, H. Yusron Hadi pada diskusi yang mengusung tema koordinasi pendampingan desa wisata di kawasan penyangga destinasi super prioritas Mandalika ini.
Poltekpar yang memiliki 4 program studi berkomitmen untuk mewadahi kebutuhan tiap desa wisata dengan mengadakan pendampingan pada 4 sektor ini. Adapun 4 prodi Poltekpar Lombok adalah tata hidang, seni kuliner, usaha perjalanan wisata, dan divisi kamar.
Sebagai informasi, diskusi interaktif ini mengundang 4 desa wisata penyangga DSP Mandalika yang menjadi nominator lomba Anugerah Desa Wisata Indonesia dan juga Best Tourism Village oleh UNWTO: Sesaot, Senaru, Bonjeruk, dan Tetebatu. Didesain untuk menampung aspirasi dari tiap desa wisata, diskusi ini diharapkan akan mampu membuahkan bentuk intervensi yang tepat untuk dijalankan oleh Poltekpar Lombok pada 4 desa wisata ini.
Dalam sambutannya, Kadispar NTB menyambut baik inisiasi diskusi ini dimana kehadiran desa-desa wisata dianggap mampu untuk menyeimbangkan pertumbuhan pembangunan daerah di seluruh NTB. “Tentu saja ini menjadi kebanggaan kita karena semangat kemerdekaan ini sudah masuk ke desa. Dan masyarakat kita sudah memahami bahwa sektor pariwisata mereka yakini bisa mendongkrak pembangunan ekonomi,” ujarnya.
Turut hadir dalam diskusi, Taufan Rahmadi, tokoh muda pariwisata Indonesia yang turut menyampaikan strategi kreatif dalam pariwisata. Menurut pakar dunia promosi kreatif ini, ada tiga “soul” strategi kreatif yang disebut sebagai 3I dalam mempercepat terwujudnya desa wisata yang dicita-citakan: Idea, Implementation, dan Impact.