Bau Nyale merupakan suatu acara adat yang muncul berkat sebuah legenda tentang Putri Mandalika.
Putri Mandalika adalah putri dari seorang raja ternama yang terkenal dengan paras cantik rupawan dan kebaikan hatinya. Karena itu, Putri Mandalika menjadi idaman banyak pangeran sehingga menjadi rebutan dan membuat persaingan yang mengancam keutuhan dan kerukunan masyarakat Lombok.
Demi mempertahankan kerukunan itu, Putri Mandalika pun melakukan sebuah ritual semadi untuk menentukan apa yang harus dilakukan kepada para pangeran yang ingin meminangnya.
Dari semadi itu, Putri Mandalika akhirnya mendapatkan sebuah petunjuk (wangsit) untuk mengundang dan mengumpulkan seluruh pelamar yang ingin meminangnya di Bukit Seger, Mandalika.
Namun, disaat semua berkumpul alih-alih memilih seorang pangeran, Putri Mandalika justru memutuskan untuk tidak memilih siapapun diantara mereka karena rasa cintanya yang besar kepada masyarakat dan ingin semua hidup dalam kerukunan dan kedamaian, Putri Mandalika pun kemudian terjun ke Laut.
Seluruh orang yang hadir sontak terkejut dan langsung ikut menceburkan diri ke laut berlomba-lomba untuk menyelamatkan Putri Mandalika, namun sayangnya tak ada satu pun yang berhasil menemukannya.
Setelah kepergian Putri Mandalika itu, munculah kumpulan cacing berwarna-warni dengan jumlah yang sangat banyak di pantai tempat Putri Mandalika menceburkan diri dan menghilang, dan hewan inilah yang kemudian disebut NYALE.
Semenjak saat itu, masyarakatpun memercayai bahwa nyale adalah jelmaan dari Putri Mandalika. Dan sebagai bentuk penghormatan, diadakanlah ritual adat setiap tanggal 20 pada bulan 10 (menurut perhitungan Kalender Sasak), bertepatan dengan waktu di mana Putri Mandalika menghilang.
Sekadar informasi #Sob , menurut bahasa Sasak, bau artinya menangkap, sedangkan nyale adalah sejenis cacing laut yang hidup di lubang dan batu karang di bawah permukaan laut. Jadi, tradisi ini secara harfiah berarti menangkap cacing laut.