Gerhana bukanlah peristiwa yang unik terjadi pada matahari. Matahari pada hakikatnya adalah sebuah bintang yang menjadi pusat tata surya yang dikelilingi sejumlah planet, termasuk bumi.

Kenyataannya, bintang-bintang di sistem tata surya lain juga mengalami gerhana, yaitu ketika bintang tersebut terhalangi oleh benda angkasa lain. Atau, bagi suatu sistem bintang kembar atau biner, sepasang bintang bergantian saling menghalangi satu sama lain pada periode tertentu.

Dikutip dari Phys.org, Senin (7/3/2016), bangsa Mesir Kuno bahkan sudah mencatat kejadian gerhana bergantian bintang biner yang sekarang dikenal dengan nama Algol.

Kalender pada papirus nomor 86637 peninggalan Mesir Kuno merupakan dokumen bersejarah tertua yang mencatat tentang pengamatan bintang biner Algol tersebut. Catatan papirus melambangkannya sebagai penjelmaan Horus, dewa yang sekaligus raja.

Selain itu, gerhana bergantian pada bintang kembar ini dipandang sebagai salah satu pertanda nasib baik dan nasib buruk harian. Hebatnya, keberadaan gerhana bintang kembar itu dilakukan melalui pengamatan mata telanjang.

Peneliti Lauri Jetsu dan Sebastian Porceddu dari Universitas Helsinki telah melakukan telaah statistik terhadap teks-teks mitologi Kalender Kairo. Telaahan mereka mengungkapkan bahwa periode Algol sepanjang 2,85 jam dan masa edar bulan selama 29,6 hari sangat menentukan gerak-gerik dewa-dewi dalam kalender ini.

Kata Sebastian Porceddu, “Hingga saat ini, ada banyak dugaan bahwa kebanyakan tulisan mitologi dalam Kalender Kairo sebenarnya menjelaskan gejala perbintangan.”

“Kita sekarang bisa memastikan bahwa dalam sepanjang tahun tindakan dewa-dewi dalam Kalender Kairo terkait dengan perubahan-perubahan pada Algol dan bulan.”

Penelitian ini membenarkan bahwa bintang variabel pertama itu, maupun periodenya, telah terungkap lebih dini dari yang diduga sebelumnya. Dua temuan penting dalam sejarah ilmu pengetahuan alam harus digeser mundur hingga 1244 – 1163 SM.”

Hal ini juga membenarkan dua “hasil” penelitian modern yang pernah dilaporkan oleh tim Helsinki ini pada 2013, yaitu pengamatan langsung pertama periode Algol dan perkiraan jangka panjang pertukaran massa pada sistem biner seperti ini.”

Kata Lauri Jetsu, “Menurut kami, naskah-naskah Mesir Kuno mengandung informasi astrofisika tentang Algol. Kami tidak heran kalau ternyata memang demikian, tapi ada saja yang skeptis.”

Para peneliti juga membenarkan bahwa fase paling terang Algol dan bulan, secara umum dipandang memiliki arti yang baik warga Mesir Kuino.

Dikutip dari EarthSky, para astronom modern menjelaskan bahwa Algol terdiri dari dua bintang yang saling mengelilingi satu sama lain dengan tingkat kecerlangan yang berbeda. Jadi, ketika bintang yang lebih redup menghalangi bintang satunya lagi yang lebih cemerlang, Algol terlihat paling redup.

Sumber: Global Liputan6.com